Kamis, 25 April 2013

Tugas Psikologi Pendidikan Kewibawaan Guru

1. Pengertian Kewibawaan Konsep kewibawaan diadopsi dari bahasa Belanda yaitu ”gezaq” yang berasal dari kata “zeggen” yang berarti “berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain, berarti mempunyai kewibawaan atau gezaq terhadap orang itu. Kewibawaan itu ada pada orang dewasa, terutama orang tua. Kewibawaan yang ada pada orang tua (ayah dan ibu) adalah asli. Orang tua dengan langsung mendapat tugas secara natural dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, suatu hak yang tidak dapat dicabuk, karena terikat oleh kewajiban. Dalam situasi dan kondisi masyarakat sekarang kewibawaan sering diartikan sebagai suatu kelebihan yang dimiliki seseorang. Dengan kelebihan itu ia dihargai, dihormati, disegani, bahkan ditakuti oleh orang lain atau kelompok masyarakat tertentu. Kelebihan tersebut bisa dari segi ilmu, kepintarannya, kekayaannya, kekuatannya, kecakapannya, sifatnya, dan prilakunya (kepribadiannya). Kewibawaan anatar orang tua dengan kewibawaan guru dalam pendidikan memiliki kesamaan dan perbedaan. Orang tua (ayah dan ibu ) adalah pendidik yang pertama dan sudah semestinya, mereka adalah pendidik yang alami dan asli yang menerima tugas secara kodrati dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya, karena itu sudah semestinya mereka memiliki kewibawaan terhadap anak-anaknya. 2. Kewibawaan Guru Dalam Pendidikan Kewibawaan pendidikan yang ada pada orang tua, guru atau pendidik karena jabatan berkenaan dengan jabatan sebagai pendidik, telah diserahi sebagian orang tua untuk mendidik anak-anak. Selain itu guru atau pendidik karena jabatan menerima kewibawaannya sebagian lagi dari pemerintah yang mengangkatnya mereka. Kewibawaan yang ada pada guruterbatas oleh banyaknya anak-anak yang diserahkan kepadanya dan setiap tahun berganti murid. Wibawa guru penting untuk memudahkan memberi pengaruh dalam penularan atau penyampaian pembelajaran. Selain itu, wibawa guru akan cenderung menyadari keberhasilan kerjanya. Wibawa guru menunjukkan pengakuan martabat dirinya yang tidak perlu dukungan dari orang lain. Seperti dengan cara intimidasi atau memberikan tekanan pada siswanya. Oleh karena itu, guru yang berwibawa akan memberikan pendidikan dengan layanan prima dan tanpa pamrih. Siswa akan dididik dengan tulus agar dapat menjalani hidup yang sukses. Perilaku guru pun menunjukkan pribadi yang jujur, adil, taat asas, tulus, dan bijaksana. Sebaliknya, guru yang melakukan pendidikan dengan penekanan cenderung bersifat indoktrinasi yang dipandang bukan pendidikan lagi. Dengan demikian, siswa tidak dididik untuk memiliki kemandirian yang bebas, etis, dan bertanggung jawab sendiri. “Guru yang menunjukkan unsur-unsur wawasan pendidikan, komitmen, bertangung jawab dan kompeten biasanya akan berwibawa besar” (Zantiarbi, S, 1988). Pertama, wawasan pendidikan berarti melakukan tindakan yang bijak berdasarkan keilmuan/teori dalam mendidik baik pada transfer ilmu, maupun pada perbuatan membina kepribadian siswa secara menyeluruh hingga mencapai gambaran identitas dirinya. Guru yang berwawasan pendidikan secara luas dan mendalam akan memahami tujuan pendidikan dan pembelajaran untuk memperbaiki perilaku kehidupan siswa, yaitu seolah menentukan “nasib” masa depan siswa. Selain itu, seyogianya menyadari efek samping perbuatan guru yang berakibat kesesatan hidup siswa. Kedua, komitmen berarti menyatakan (to profess) terpanggil (vox) atau bertekad untuk memangku suatu jabatan dengan sesungguhnya. Yaitu pernyataan atau janji secara terbuka (ikrar) mengenai panggilan jiwa untuk mengabdikan diri kepada jabatan guru sehingga tumbuh perilaku sabar dan tekun melaksanakan tugas, terutama dengan tulus menyayangi dan menerima siswa yang bagaimanapun keadaannya. Ketiga, tanggung jawab berarti memiliki kompetensi pendidikan keilmuan. Yaitu khusus mengenai pembelajaran siswa dan tanggung jawab terhadap kemaslahatannya. Selain itu, memberi kewenangan mengambil keputusan yang tepat bagi siswa dan dirinya untuk pengamanan terjadinya kesalahan yang merugikan dan mengakibatkan malapetaka. Keempat, kompeten menggambarkan penguasaan kecakapan yang memberi kewenangan untuk memutuskan sesuatu perbuatan/tindakan. Kecakapannya itu akan menunjukkan percaya diri dalam melakukan tugas dan mengundang keseganan bagi siswanya. Sehingga pada gilirannya perasaan siswa yang menyegani guru akan tumbuh wibawa terhadapnya. Seorang guru pernah berkata "Lebih baik menjadi guru yang disukai daripada ditakuti siswa, karena kewibawaan pendidik justru di dapat dari sana". Guru ingin berwibawa agar tidak diremehkan siswa. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi efektif bilamana siswa tidak dalam situasi tertekan dan di bawah bimbingan guru yang "dihormati". Kunci pembuka pintu kewibawaan seorang pendidik agar mendapat "kepercayaan" siswa apabila memiliki unsur dapat diterima yang tinggi oleh siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar